Isu kelas spesial di akhir tahun ini sebenarnya sudah hadir semenjak awal Oktober. Ini menjadi isu kedua yang menimbulkan percakapan panjang diantara kami, para relawan. Isu pertama adalah soal Akber Piknik, isu kedua adalah soal kelas spesial ini. Entah kenapa isu kedua lebih dulu terealisasikan, padahal sebenarnya saya juga pengen piknik sama teman-teman Akber.
Sabtu, 28 November kami mengadakan rapat khusus kelas #AkberSMG100. Tercetuskan nama Ainun Chomsun, pendiri Akademi Berbagi sebagai guru pertama yang kita undang. Lantas, siapa lagi yang mau kita undang? Imam Subchan, Ketua Umum Akademi Berbagi. Beliau berdomisili di Solo, dari sisi geografis ini menjadi hal yang sangat mudah bagi Pak Imam untuk mengajar di Semarang.
Adakah nama lain? Tidak ada yang saya pikirkan selain Ilik Sasongko. Pertama kali bertemu beliau saat Jaza melepaskan jabatan kepseknya kepada Qodrat di #AkberSMG78 tanggal 31 Oktober 2014. Di bulan kelima menjadi relawan saya bertemu Ilik Sasongko, salah satu tokoh kreatif di Semarang yang juga merupakan seorang penggiat komunitas wirausaha. Saya sempat melihat nama Ilik Sasongko di sebuah seminar kampus dengan harga khusus, di Akber saya mendapatkan wawasan dari beliau dan Alhamdulillah itu semua gratis. Saya mendapatkan teman, pengetahuan, inspirasi dan tentu saja networking. Akber menjanjikan networking yang luar biasa luasnya dan saya bebas mau berkoneksi dengan siapa saja. Akber identik dengan keramahan dan keterbukaan untuk berbagi alias tidak pelit, itu yang saya rasakan disetiap saya bertemu dengan relawan luar kota.
Hari yang telah dinantikan tiba juga. 26 Desember 2015 menjadi hari dimana Akber Semarang genap mendapatkan kelas yang ke 100.
Speechless.
Menyaksikan mereka bertiga hadir dalam satu panggung, menjelaskan bagaimana rekam jejak mereka dalam menjadi relawan, menemukan koneksi dan mendapatkan kesempatan untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya dari networking mereka. Ketiganya sama-sama tulang punggung keluarga, bekerja untuk menafkahi keluarga merupakan tugas utama tapi tidak semata-mata money-oriented. Semacam panggilan jiwa, berkontribusi secara langsung dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan. Apakah ada imbalannya? Ada. Lingkaran pertemanan, seluas apapun yang kita mau.
Ah, yang pernah jadi relawan saja membenarkan bahwa menjadi relawan itu terbukti membahagiakan apalagi yang belum pernah jadi relawan. Teman-teman relawan pasti sepakat dengan perkataan Pak Imam Subchan Tergiurkah kamu yang belum pernah jadi relawan? :)
Ya, saya telah memilih kebahagiaan saya dengan menjadi relawan. Selama di Akber Semarang saya bahagia kok, bersyukur bahwa ada sebuah komunitas yang mau membimbing saya untuk bisa berkontribusi langsung kepada masyarakat Semarang. Komentar orang? Saya tak peduli.Komentar orang tidak akan mengubah hidup kita - Ainun Chomsun. Saya bersyukur dipertemukan dengan orang-orang yang mau berbagi ilmu mereka secara sukarela. Betapa berharganya waktu bagi setiap manusia dan mereka (para guru) mau memberikannya untuk kita.