Kelas 157 - Stop Body Shaming

Monday, November 26, 2018


Stop Body Shaming

Siang yang panas di tengah hiruk pikuk pusat kota Semarang, Akademi Berbagi Semarang mengadakan kelas dengan tema “Body Shaming” yang diselenggarakan pada 18 November 2018 di Rumah Albi Lantai 2 Alfamart Jalan KH. Ahmad Dahlan.

Apa itu body shaming? Adakah para Akberians yang pernah mendengar istilah body shaming? Body shaming adalah istilah yang merujuk pada tindakan mengomentari kekurangan yang ada pada tubuh orang lain. Mungkin belum banyak dari kita menyadari jika tindakan body shaming merupakan hal yang fatal untuk dilakukan karena dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang, bahkan dapat mengakibatkan berbagai penyakit klinis, misalnya penyakit terkait perilaku pola makan seperti anorexia dan bulimia.

Saat ini body shaming dianggap sebagai bahan candaan dan terkesan remeh padahal hal ini temasuk tindakan perundungan (bullying). Body shaming sendiri tidak hanya terjadi di dunia nyata tapi juga marak terjadi di dunia maya dalam berbagai jenis media sosial. Contoh dari jenis perundungan ini adalah ketika kita bertemu kawan lama yang sudah lama sekali tidak berjumpa. Pada kesempatan tersebut sering kali terlontar pernyataan, “Eh, sekarang gemukan ya kamu,” sebagai bahan pembuka obrolan. Padahal, justru tanpa disadari, hal itu bisa digolongkan dalam perundungan meskipun kita tidak berniat untuk menghina atau menyudutkan kawan tersebut.

            Guru untuk Kelas Akber kali ini adalah Yoke Indira Diana Mayorita. Perempuan yang akrab disapa Yori ini merupakan alumni dari Unika Soegijapranata Semarang dengan jurusan psikologi untuk jenjang sarjana, dan psikologi klinis pada jenjang pascasarjana. Sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Kak Yori merupakan seorang psikolog klinis yang sudah menangani berbagai kasus, seperti baru-baru ini kak Yori menangani kasus bullying pada seorang siswa SMP akibat permainan game online. Kak Yori sering berceloteh mengenai dunianya lewat blog terutama ketika beliau masih aktif sebagai pekerja sosial bagi anak-anak yang tinggal di daerah Lokalisasi Sunan Kuning.

            Di Kelas Akber Semarang yang ke-157, Kak Yori menjelaskan seluk beluk body shaming dari sudut pandang psikologi. Bagaimana terjadinya, apa dampaknya, hingga bagaimana cara menanggulangi body shaming itu sendiri.

Jadi bagaimana, sih, seseorang bisa melakukan body shaming? Body shaming terjadi karena mata kita merupakan indra yang paling banyak merekam informasi sehingga dari situ muncullah kecenderungan untuk mengomentari fisik orang lain. Sama halnya ketika kita betemu orang baru untuk pertama kalinya, hal pertama yang biasa kita lakukan adalah menganalisis seseorang dari tubuh dan penampilannya. Lebih lanjutnya, body shaming lebih banyak dilakukan oleh pihak perempuan.

Lantas apa definisi cantik itu sendiri? Sejak muncul boneka barbie banyak yang menjadikan tubuh boneka barbie sebagai tolok ukur yang ideal bahkan ada yang melakukan operasi kosmetik untuk menghilangkan tulang rusuk agar pinggang mereka benar benar ramping seperti boneka barbie. Padahal tubuh manusia, khususnya perempuan, diciptakan dengan tipe yang berbeda-beda, bahkan Suku Kayan di Negara Myanmar mendefinisikan cantik itu sendiri dari semakin beratnya cincin kuning yang dipasang di lehernya.

            Stereotypes shape our perceptions.

Kita perlu untuk lebih memahami daripada menghakimi. Tanpa sadar kita sering kali menggeneralisir sesuatu sebelum melakukan klarifikasi, seperti contoh ketika kita ditanyai pendapat mengenai orang Ambon, maka kita akan berpedapat bahwa dia berambut ikal, padahal ada orang Ambon yang berambut lurus. Kita perlu untuk belajar mengendalikan diri sendiri bukan lingkungan karena kita tidak bisa menuntut semua orang untuk bisa mengerti kita (control the ship, not the sea). Kita adalah satu satunya orang yang mempunyai kontrol penuh terhadap segala hal yang terjadi pada diri kita.

            Pada dasarnya mengomentari sesuatu ataupun seseorang sama halnya seperti menunjukkan sosok sejati dari diri kita sendiri kepada hal atau orang yang kita komentari (ibarat cermin). Body shaming biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah. Banyak dari kita yang sering melontarkan komentar dan kritikan yang pedas tanpa mau bertanggung jawab atas komentar tersebut.

            Kelas siang ini berlangsung dengan suasana yang antusias, bahkan saat sesi tanya jawab ada beberapa peserta yang menanyakan lebih dari satu pertanyaan. Kelas ditutup dengan pesan Kak Yori bahwa daripada pusing memikirkan pendapat ataupun komentar orang lain, lebih baik untuk mencoba lebih mengontrol diri kita sendiri. Luangkanlah waktu untuk berbicara kepada diri sendiri karena itu dapat menjadi tameng jika ada orang yang melakukan body shaming terhadap diri kita. Kak Yori juga berpesan untuk tidak selalu menuntut lingkungan tapi mulailah dari diri kita sendiri, seperti dengan melakukan kampanye sosial Stop Body shaming!


You Might Also Like

0 komentar

About Us



Sugeng Rawuh

di laman Akademi Berbagi Semarang.


Kami adalah sebuah Gerakan Berbagi yang membuat kelas tatap muka untuk mempertemukan murid dengan guru secara rutin dan Gratis. Berbagi Bikin Happy!

Like us on Facebook

Follow Us On Twitter