Kelas #AkberSMG135 : Movie Making: Shooting Process

Monday, August 28, 2017

Nara Nugroho adalah movie maker ulung yang juga founder dari Clapper Cafe dengan konsep movie cafe, bertempat di daerah Banyumanik, Semarang. Mas Nara, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa Movie making is for they who brave. Ide bisa dieksekusi dengan ketrampilan dan kerjasama. Dalam dunia perfilman, ada 3 proses dalam pembuatan video/film, yaitu pre-production, production, dan post-production. Perbedaan pendapat juga sangat diperlukan agar ide-ide dan eksekusinya bisa lebih maksimal. Mas Nara menggaris bawahi bahwa movie making itu terdiri dari 20% seni dan sisanya 80% adalah manajemen. 


Dalam proses syuting, Mas Nara memiliki alat-alat yang pastinya sudah menjadi andalannya, recorder, lighting kecil LED, dan kamera Canon. Syuting atau pengambilan gambar dengan menggunakan handphone juga bisa, asal kualitas kameranya baik dan audio yang terekam juga bagus, seperti hasil rekaman tidak noise. Banyak hal yang harus dipersiapkan, selain alat-alat, ada juga beberapa persiapan sebelum melakukan shooting, yaitu setting dan property, costume, hairdo, makeup, acting dan blocking. Persiapan lainnya adalah linghting dan color serta framing.
Setting dan property berfungsi untuk membangun cerita. Terkadang bahasan utama tidak harus dijelaskan atau ditunjukan, melainkan digantikan dengan setting dan property. Sebut saja contohnya film horor, tidak perlu dijelaskan bahwa itu adalah film horor dengan penjelasan secara langsung tapi bisa digambarkan melalui suasana setting atau property-nya.

Costume, hairdo, dan makeup juga mempunyai fungsi untuk menekankan warna dan feel pada suatu film. Bisakah dibayangkan apabila film horor saat sang hantu keluar dan hantunya tidak memakai kostum, tata rias dan rambut yang menyeramkan? Apa masih bisa untuk disebut sebagai film horor?
Selanjutnya ada acting dan blocking. Hal ini sangatlah penting untuk didiskusikan dengan story maker agar feel dan tujuan dari pembuatan skrip atau maksud dari suatu skrip bisa benar-benar tersampaikan. Sebut saja untuk proses pengambilan gambar dimana kamera harus fokus dan zoom ke wajah sang aktor atau aktris, atau ingin menunjukan detail gerakan atau mimik karakter.

Every frame is painting, every frame is importnat. Secara keseluruhan, dalam proses pengambilan gambar harus bisa menghasilkan perpaduan yang bagus dan baik ketika ditonton dalam suatu frame. Tentunya dengan memadukan semua aspek yang sudah disebutkan di atas.

Then, make it virel! But viral is not about you and your brand. It is about the people, how you enganged them to what you share.
Selain apa saja yang perlu diperhatikan sebelum proses pengambilan gambar, ada juga beberapa hal yang harus dilakukan seperti berikut:

-          Breakdown everything and plan well
-          Start with passion, make sure you love what you do and you believe in yourself that you can do it
-          Be creative, find yourself solutions from your problems
-          Be social, make collaborations, sharing and build connection so it does sharpen your creativity, and discuss your problems in movie making with others

Q&A di kelas #AkberSMg135
Q:           Syuting untuk social project kasusnya di daerah pesisir, sebaiknya apa yang perlu ditonjolkan?
A:           Tonjolkan orang-orangnya, penduduk lokal, agar impact yang mereka alami bisa terasa. Kamera diperdekat dengan mereka serta gambar visual diperbanyak. Contohnya, dalam film dokumenter pun harus ada naskahnya agar inti dan kronologis benar-benar tercipta nyata dan powerful. Untuk urusan alat adalah nomor kesekian, yang penting alur cerita menarik saja. Beda dengan genre fiksi dimana visual sangat ditekankan dan menjadi prioritas dan lebih dominan, jadi dari segi peralatan pun harus lebih oke.

Q:           Lebih enak dan penting mana, berkarya dulu atau lihat pasar dulu?
A:           Yang Mas Nara biasa lakukan adalah dengan 8:3, yaitu dengan tujuan pasar 8, 3 film ideals. Tergantung pada kebutuhan tiap film maker. Semuanya juga tergantung pada keputusan dari produser dan sutradara, mau fokus yang mana.

Q:           20 detik pertama biasanya engaging moment, adakah tips and trick nya?
A:           20 detik atau menit pertama pada suatu film memanglah sangat krusial, Mas Nara biasanya membuka dengan penekanan aksi dari karakter pemain. Approach ini dibutuhkan untuk mencari dan mengunci perhatian penonton. Bisa juga dengan mencari referensi teknik dari film-film lama.

Q:           Apa yang harus ditonjolkan pada saat delivery film agar emosi dan tujuan tiap scene bisa tersampaikan?
A:           Memang harus di-breakdown dan didiskusikan secara detail. Pendetailan rencana situasi dan seluruh persiapan saat pre-shoot harus jelas. Penting untuk teknik pengambilan gambar juga agar bisa menonjolkan emosi seperti perspektif ambil gambar, lighting dan ditambah dengan editing yang pas.

Q:           Bagaimana komersialisasi atau penyebaran film produksi terutama indie movie atau movie maker yang pemula?
A:           Bisa dimasukan ke dalam festival, kerjasama dengan mereka untuk yang memang distributor film. Bisa juga untuk diunggah ke Youtube. Namun rilis film di Youtube butuh konsentrasi, misal harus pastikan penonton pasti akan tertarik. Sebenarnya pasar sangatlah luas, kita harus bisa memutar otak untuk bisa membuat strategi bisnis yang bisa dipastikan target marketnya. Atau bisa juga dengan melakukan pemutara film indie alternatif lewat komunitas-komunitas tapi masif, hal tersebut memudahkan untuk memviralkan film indie. Atau cari funding dan kolaborasi serta kerjasama.


You Might Also Like

0 komentar

About Us



Sugeng Rawuh

di laman Akademi Berbagi Semarang.


Kami adalah sebuah Gerakan Berbagi yang membuat kelas tatap muka untuk mempertemukan murid dengan guru secara rutin dan Gratis. Berbagi Bikin Happy!

Like us on Facebook

Follow Us On Twitter