Local Leaders Day, The Price of Happiness
Saturday, March 19, 2016
“Ketika pertama kali mengenal Akademi Berbagi, saya langsung yakin kalau ini adalah keluarga saya.” (Handry Satriago)
Maret
adalah bulan ke-22 saya telah menjadi relawan, sekaligus menjadi bulan
ke-60 Akber Semarang. Ya, Maret 2016 adalah tahun kelima bagi Akber
Semarang. Finally, Akber Semarang goes to LLD 2016 ! Kembali ke Semarang, saya berjanji saya harus punya cerita yang dibagikan disini.
Lalu, mulai darimana?
Sempat bingung harus memulai darimana. Oke, mari kita coba saja.
Hari Pertama
Writing Session
Karena
baru pertama kali mengikuti LLD, saya tidak tahu hari pertama akan ada
kegiatan apa saja. Kami diberikan kertas Akber Treasure Hunt yang harus
ditandatangani para relawan sesuai dengan kriterianya masing-masing.
Tak hanya itu, kami kedatangan Yusuf Arifin, Pemimpin Redaksi CNN Indonesia yang akan memberikan mentorship mengenai menulis.
Leadership Session
Handry Satriago adalah salah satu tokoh yang cukup familiar di Akber. Sempat mengunjungi GE Garages Jakarta Tour
dan diajak untuk ikut kelas Akber Jakarta “ Up Close and Personal with
CEO” w/ @HandryGE & Budi Sadikin tapi tak bisa hadir. Untungnya saya
pernah membaca buku “Sharing” yang ditulis oleh beliau, makanya saya
jadi tahu. Saya tak punya ekspektasi apa-apa kalau beliau akan datang di
Local Leaders Day.
“Udah dengerin dulu saya ngomong, jangan foto melulu.”
Saya
tertawa. Saya juga tengah mengambil foto saat itu. Kehadiran Handry
Satriago di tengah-tengah kami tidak boleh saya lewatkan. Ah, kedatangan pria ini bikin saya susah move on dari LLD 3
“Great leaders take actions, not followers.”
“Saya sudah bosan mendengar kalau Indonesia adalah the future market, saya pengen mengubah Indonesia menjadi now market.”
“Ada satu kriteria yang dibutuhkan di dalam perusahaan tapi tidak dicantumkan di dalam job vacancy, kriteria itu adalah integritas.”
“Pemimpin selalu identik dengan integritas dan perubahan. Kalau tidak mau ada perubahan, jangan harap bisa jadi pemimpin.”“
Di akhir sesi, Handry Satriago membacakan Surat Kepada Pemimpin Indonesia Masa Depan dihadapan kami semua, diam-diam saya menitikkan air mata.
Hari Kedua
Sepertinya
menjalankan Mission Impossible adalah pilihan yang harus kami hadapi
saat itu. Sesuai arahan Tiga Pijar yang terdiri dari Zul Muhammad, Jansen Siregar dan Yanti Nisro,
tiga penasihat Akademi Berbagi yang selalu tampil mengagumkan kami
mendapatkan mentorship mengenai “Resilient Leaders”. Oh iya, kebetulan
Yanti Nisro dan Jansen Siregar (bersama istrinya) sudah pernah sharing
di Akber Semarang tahun 2015 jadi mudah bagi saya untuk mempelajari
pemiiran mereka.
Mission Impossible One
“Ajaklah partnermu pergi keluar
ruangan ini. Temukan orang diluar sana yang bersedia memberimu sesuatu apa yang
tidak mungkin mereka berikan untukmu. Waktunya 20 menit.”
Isi kepala mulai memikirkan berbagai
opsi :
• Meminta orang membacakan surat Yassiin (ini ga mungkin banget)
• Meminta helm (ditolak)
• Meminta gula satu kilogram (ditolak)
• Meminta bensin lima liter (ditolak)
• Meminta sendok dan garpu dari penjual soto (I did it)
• Meminta uang di dalam dompet seorang satpam (Cak Oyong make it happen yeaay)
Mission Impossible Two
“Susunlah kata-kata yang terdapat di
sebuah amplop menjadi sebuah kalimat yang tertera di kertas yang sudah kalian
miliki masing-masing. Pergunakanlah uang Rp 550.000 untuk mendapatkan kata-kata
yang kalian butuhkan.”
Kelompok
kami kalah, bahkan dengan formasi kaki diatas yang menurut saya paling
kece diantara kelompok lainnya tetap saja tidak membuat kelompok kami
menang, tetapi kami (sangat) bahagia.
Malamnya kami saling bertukar kado di rooftop Eduhostel.
Hari Ketiga
Take a pictures everywhere ! Let’s smile :)
Ada perasaan haru ketika sudah waktunya kami saling meninggalkan Local Leaders Day.
Masing-masing Kepala Sekolah diberikan 10 eksemplar buku Kelas yang ditulis oleh Ainun Chomsun beserta orang-orang yang telah mendukung gerakan Akademi Berbagi. Mari menyebarkan berita baik melalui buku baik.
Ada
dua sudut pandang yang saya ambil dari mengikuti Local Leaders Day.
Pertama, saya hanyalah satu dari ratusan relawan yang saat ini berusaha
mengembangkan akber di kotanya masing-masing. Kedua, saya adalah bagian
dari ratusan relawan hebat yang menghubungkan orang-orang baik. Melalui
Candra, saya bisa tahu tentang campaign Bahasa Bergerak yang sedang diinisiasi bersama Bali Deaf Community, melalui Jaka saya bisa tahu kalau Mie Aceh disana bisa dibeli seharga Rp 6000, melalui Cak Oyong
saya jadi tertarik untuk rutin minum kopi pahit, saya bisa tahu
kekhawatiran Akber Jogja saat muncul pemberitaan Tumblr akan diblokir,
dan segelintir curahan hati Kepala Sekolah lain. Saya merasa bersyukur
bisa dipertemukan dengan relawan se-Indonesia di Local Leaders Day.
Terakhir..
Iya Cak, aku gagal move on. Serius.
Semarang, 18 Maret 2016
(sumber tulisan diambil dari blog gitaswasti.com)
0 komentar