Nara Nugroho
adalah movie maker ulung yang juga
founder dari Clapper Cafe dengan konsep movie
cafe, bertempat di daerah Banyumanik, Semarang. Mas Nara, sapaan akrabnya,
menjelaskan bahwa Movie making is for
they who brave. Ide bisa dieksekusi dengan ketrampilan dan kerjasama. Dalam
dunia perfilman, ada 3 proses dalam pembuatan video/film, yaitu pre-production, production, dan post-production.
Perbedaan pendapat juga sangat diperlukan agar ide-ide dan eksekusinya bisa
lebih maksimal. Mas Nara menggaris bawahi bahwa movie making itu terdiri dari 20% seni dan sisanya 80% adalah
manajemen.
Dalam proses
syuting, Mas Nara memiliki alat-alat yang pastinya sudah menjadi andalannya, recorder, lighting kecil LED, dan kamera Canon. Syuting atau pengambilan
gambar dengan menggunakan handphone juga bisa, asal kualitas kameranya baik dan
audio yang terekam juga bagus, seperti hasil rekaman tidak noise. Banyak hal yang harus dipersiapkan, selain alat-alat, ada
juga beberapa persiapan sebelum melakukan shooting,
yaitu setting dan property, costume, hairdo, makeup, acting dan blocking.
Persiapan lainnya adalah linghting
dan color serta framing.
Setting dan property berfungsi untuk membangun cerita. Terkadang bahasan utama
tidak harus dijelaskan atau ditunjukan, melainkan digantikan dengan setting dan property. Sebut saja contohnya film horor, tidak perlu dijelaskan
bahwa itu adalah film horor dengan penjelasan secara langsung tapi bisa
digambarkan melalui suasana setting
atau property-nya.
Costume, hairdo, dan makeup juga
mempunyai fungsi untuk menekankan warna dan feel
pada suatu film. Bisakah dibayangkan apabila film horor saat sang hantu keluar
dan hantunya tidak memakai kostum, tata rias dan rambut yang menyeramkan? Apa
masih bisa untuk disebut sebagai film horor?
Selanjutnya ada acting dan blocking. Hal ini sangatlah penting untuk didiskusikan dengan story maker agar feel dan
tujuan dari pembuatan skrip atau maksud dari suatu skrip bisa benar-benar
tersampaikan. Sebut saja untuk proses pengambilan gambar dimana kamera harus
fokus dan zoom ke wajah sang aktor
atau aktris, atau ingin menunjukan detail gerakan atau mimik karakter.
Every frame is painting, every frame is
importnat. Secara keseluruhan, dalam proses pengambilan gambar harus bisa
menghasilkan perpaduan yang bagus dan baik ketika ditonton dalam suatu frame. Tentunya dengan memadukan semua
aspek yang sudah disebutkan di atas.
Then, make it virel! But viral is not about
you and your brand. It is about the people, how you enganged them to what you
share.
Selain apa saja
yang perlu diperhatikan sebelum proses pengambilan gambar, ada juga beberapa
hal yang harus dilakukan seperti berikut:
-
Breakdown
everything and plan well
-
Start with
passion, make sure you love what you do and you believe in yourself that you
can do it
-
Be
creative, find yourself solutions from your problems
-
Be social,
make collaborations, sharing and build connection so it does sharpen your
creativity, and discuss your problems in movie making with others
Q&A di kelas #AkberSMg135
Q: Syuting untuk social project kasusnya
di daerah pesisir, sebaiknya apa yang perlu ditonjolkan?
A: Tonjolkan
orang-orangnya, penduduk lokal, agar impact yang mereka alami bisa terasa.
Kamera diperdekat dengan mereka serta gambar visual diperbanyak. Contohnya,
dalam film dokumenter pun harus ada naskahnya agar inti dan kronologis
benar-benar tercipta nyata dan powerful. Untuk urusan alat adalah nomor
kesekian, yang penting alur cerita menarik saja. Beda dengan genre fiksi dimana
visual sangat ditekankan dan menjadi prioritas dan lebih dominan, jadi dari
segi peralatan pun harus lebih oke.
Q: Lebih enak dan penting mana, berkarya
dulu atau lihat pasar dulu?
A: Yang
Mas Nara biasa lakukan adalah dengan 8:3, yaitu dengan tujuan pasar 8, 3 film
ideals. Tergantung pada kebutuhan tiap film maker. Semuanya juga tergantung
pada keputusan dari produser dan sutradara, mau fokus yang mana.
Q: 20 detik pertama biasanya engaging
moment, adakah tips and trick nya?
A: 20
detik atau menit pertama pada suatu film memanglah sangat krusial, Mas Nara
biasanya membuka dengan penekanan aksi dari karakter pemain. Approach ini
dibutuhkan untuk mencari dan mengunci perhatian penonton. Bisa juga dengan
mencari referensi teknik dari film-film lama.
Q: Apa yang harus ditonjolkan pada saat
delivery film agar emosi dan tujuan tiap scene bisa tersampaikan?
A: Memang
harus di-breakdown dan didiskusikan secara detail. Pendetailan rencana situasi
dan seluruh persiapan saat pre-shoot harus jelas. Penting untuk teknik
pengambilan gambar juga agar bisa menonjolkan emosi seperti perspektif ambil
gambar, lighting dan ditambah dengan editing yang pas.
Q: Bagaimana komersialisasi atau
penyebaran film produksi terutama indie movie atau movie maker yang pemula?
A: Bisa
dimasukan ke dalam festival, kerjasama dengan mereka untuk yang memang distributor
film. Bisa juga untuk diunggah ke Youtube. Namun rilis film di Youtube butuh
konsentrasi, misal harus pastikan penonton pasti akan tertarik. Sebenarnya
pasar sangatlah luas, kita harus bisa memutar otak untuk bisa membuat strategi
bisnis yang bisa dipastikan target marketnya. Atau bisa juga dengan melakukan
pemutara film indie alternatif lewat komunitas-komunitas tapi masif, hal
tersebut memudahkan untuk memviralkan film indie. Atau cari funding dan
kolaborasi serta kerjasama.