Stop Body Shaming
Siang yang panas di tengah hiruk pikuk pusat
kota Semarang, Akademi Berbagi Semarang mengadakan kelas dengan tema “Body Shaming”
yang diselenggarakan pada 18 November 2018 di Rumah Albi Lantai 2 Alfamart
Jalan KH. Ahmad Dahlan.
Apa itu body shaming? Adakah para Akberians
yang pernah mendengar istilah body shaming? Body shaming adalah
istilah yang merujuk pada tindakan mengomentari kekurangan yang ada pada tubuh
orang lain. Mungkin belum banyak dari kita menyadari jika tindakan body shaming merupakan hal yang fatal untuk dilakukan
karena dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang, bahkan dapat mengakibatkan berbagai penyakit klinis, misalnya
penyakit terkait perilaku pola makan seperti anorexia dan bulimia.
Saat ini body shaming dianggap
sebagai bahan candaan dan terkesan remeh padahal hal ini temasuk tindakan perundungan (bullying). Body shaming sendiri tidak hanya terjadi di dunia nyata
tapi juga marak terjadi di dunia maya dalam berbagai jenis media sosial. Contoh dari jenis perundungan ini adalah ketika kita bertemu kawan
lama yang sudah lama sekali tidak berjumpa. Pada kesempatan tersebut sering
kali terlontar pernyataan, “Eh, sekarang gemukan ya kamu,” sebagai bahan
pembuka obrolan. Padahal, justru tanpa disadari, hal itu bisa digolongkan dalam
perundungan meskipun kita tidak berniat untuk menghina atau menyudutkan kawan
tersebut.
Guru
untuk Kelas Akber kali
ini adalah Yoke Indira Diana Mayorita. Perempuan yang akrab disapa Yori ini merupakan
alumni dari Unika Soegijapranata Semarang dengan jurusan psikologi untuk jenjang
sarjana, dan psikologi klinis pada jenjang
pascasarjana. Sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Kak Yori merupakan seorang psikolog klinis
yang sudah menangani berbagai kasus, seperti baru-baru ini kak Yori
menangani kasus bullying pada seorang siswa SMP akibat permainan game online.
Kak Yori sering berceloteh mengenai dunianya lewat blog terutama ketika beliau masih aktif sebagai pekerja sosial bagi
anak-anak yang tinggal di daerah Lokalisasi Sunan Kuning.
Di
Kelas Akber
Semarang yang ke-157, Kak Yori menjelaskan seluk beluk body shaming dari
sudut pandang psikologi. Bagaimana terjadinya, apa dampaknya, hingga bagaimana
cara menanggulangi body shaming itu sendiri.
Jadi bagaimana, sih, seseorang bisa melakukan body shaming?
Body shaming terjadi karena mata kita merupakan indra yang paling banyak
merekam informasi sehingga dari situ muncullah kecenderungan untuk mengomentari
fisik orang lain. Sama halnya ketika kita betemu orang baru untuk pertama
kalinya, hal pertama yang biasa kita lakukan adalah menganalisis seseorang dari
tubuh dan penampilannya. Lebih
lanjutnya, body shaming lebih banyak dilakukan oleh pihak
perempuan.
Lantas apa definisi cantik itu sendiri?
Sejak muncul boneka barbie banyak
yang menjadikan tubuh boneka barbie
sebagai tolok ukur yang ideal bahkan ada yang melakukan operasi kosmetik untuk menghilangkan tulang rusuk agar pinggang
mereka benar benar ramping seperti boneka barbie.
Padahal tubuh manusia, khususnya perempuan, diciptakan
dengan tipe yang berbeda-beda, bahkan Suku Kayan di Negara Myanmar mendefinisikan
cantik itu sendiri dari semakin beratnya cincin kuning yang dipasang di lehernya.
Stereotypes shape our perceptions.
Kita perlu
untuk lebih memahami daripada menghakimi. Tanpa sadar kita sering kali
menggeneralisir sesuatu sebelum melakukan klarifikasi, seperti contoh ketika kita
ditanyai pendapat mengenai orang Ambon, maka kita akan berpedapat bahwa dia
berambut ikal, padahal ada orang Ambon yang berambut lurus. Kita perlu untuk
belajar mengendalikan diri sendiri bukan lingkungan karena kita tidak bisa
menuntut semua orang untuk bisa mengerti kita (control the ship, not the sea).
Kita adalah satu satunya orang yang mempunyai kontrol penuh terhadap segala hal
yang terjadi pada diri kita.
Pada
dasarnya mengomentari sesuatu ataupun seseorang sama halnya seperti menunjukkan
sosok sejati dari diri kita sendiri kepada hal atau orang yang kita komentari
(ibarat cermin). Body shaming biasanya dilakukan oleh orang yang
memiliki tingkat self-esteem yang rendah. Banyak dari kita yang sering melontarkan komentar dan kritikan yang pedas
tanpa mau bertanggung jawab atas komentar tersebut.
Kelas
siang ini berlangsung dengan suasana yang antusias, bahkan saat sesi tanya
jawab ada beberapa peserta yang menanyakan lebih dari satu pertanyaan. Kelas
ditutup dengan pesan Kak Yori bahwa daripada pusing memikirkan pendapat ataupun
komentar orang lain, lebih baik untuk mencoba lebih mengontrol diri kita sendiri.
Luangkanlah waktu untuk berbicara kepada diri sendiri karena itu dapat menjadi
tameng jika ada orang yang melakukan body shaming terhadap diri kita.
Kak Yori juga berpesan untuk tidak selalu menuntut lingkungan tapi mulailah
dari diri kita sendiri, seperti dengan melakukan kampanye sosial Stop Body shaming!